Selasa, 26 November 2013

Diskriminasi bayi, indikasi karena autisme

Kesadaran Diri pada Bayi Diklaim Bisa Jadi Indikasi Autisme

Radian Nyi Sukmasari - detikHealth
Senin, 25/11/2013 19:51 WIB
 
 
 
ondon, Meskipun masih sangat belia, setiap bayi yang dilahirkan memiliki kesadaran diri yang memungkinkan mereka membedakan tubuh mereka dari orang lain. Itulah yang diutarakan penelitian terbaru di Inggris.

Melalui temuan ini, para peneliti percaya mereka akan terbantu untuk memahami perkembangan atipikal pada beberapa bayi yang salah satunya bisa jadi indikasi autisme pada anak. "Temuan kami mungkin juga relevan untuk memprediksi gangguan di awal perkembangan bayi misalnya autisme di mana ada diskriminasi terhadap dirinya atau orang lain," kata mahasiswa PhD di Birkbeck College, London, Maria Laura Filippetti .

Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa keseluruhan informasi dari indra yang berbeda adalah bagian penting dari kesadaran diri. Jika seseorang melihat wajah orang lain disentuh sementara wajah mereka juga disentuh, persepsi mereka akan dirinya pun berubah.

Nah, studi ini bertujuan untuk menerapkan teori yang sama untuk bayi yang baru lahir. Tim peneliti melibatkan 20 bayi baru lahir dalam kondisi sehat yang berusia 12 jam sampai empat hari. Kemudian mereka memutar video bayi yang wajahnya disentuh.

Lalu, peneliti menyentuh wajah bayi yang melihat video tersebut. Hasilnya menunjukkan bayi menunjukkan minat yang lebih besar saat melihat wajah bayi lain ketika wajah mereka sendiri juga dibelai. Selain itu, ditemukan juga bayi kurang tertarik ketika wajah mereka tidak dibelai karena merasa kurang 'terhubung' dengan diri mereka. Hasil studi yang diterbitakan dalam Current Biology ini mengatakan bahwa bayi yang baru lahir adalah makhluk yang kompeten.

Seaian itu, mereka juga mampu membedakan diri dari orang lain dengan membentuk persepsi yang melekat dengan tubuh mereka. Peneliti percaya kondisi seperti autisme salah satunya ditandai dengan kurangnya kesadaran diri. "Selama bertahun-tahun, penelitian tentang autisme selalu difokuskan pada penurunan nilai ketika anak melakukan interaksi sosial," kata Filippetti, demikian dilansir Daily Mail, Senin (25/11/2013).

"Kami percaya hal ini penting untuk menjadi dasar penelitian lebih lanjut yang secara khusus mengamati persepsi diri pada sebuah populasi serta hubungan diri orang yang bersangkutan dengan orang di sekitarnya," pungkas Filippetti.